Sebuah Cerita haru pembalap legenda Ayrton Senna dari Wartawan Otomotif di blog Prediksi Bola. Dimulai dari undangan dari Carraro Cicli yang bakal meluncurkan sepeda gunung di kota Padova, Italia. Yang luar umum, undangan itu di tandatangani segera oleh Ayrton Senna. Intinya, menginginkan hadirnya saya di Padova untuk melihat peluncuran sepeda gunung yang dinamakan Senna. Jujur, saya jadi sangat bimbang. Di th. 1994 itu, saya mulai jemu melihat pertarungan F1 serta mau pengalaman baru. Yaitu, lihat segera balap Indycar serta NASCAR yang sangatlah popular di Amerika Serikat. Juga, mau lihat pusat industry mobil Amerika di Detroit. Saya juga berkonsultasi dengan Agus Abadi, pemimpin redaksi Tabloid Otomotif saat itu.
Jawaban yang saya terima ; “Lebih baik ke Padova. Mana ada orang Indonesia yang diundang segera dengan cara pribadi oleh Ayrton Senna? ” kata Agus. Benar juga. Ini suatu kehormatan yang tidak bisa disia-siakan. Singkat narasi, Senin, 25 April 1994 malam, saya telah ada di perut pesawat Lufthansa untuk melakukan penerbangan ke Frankfurt serta setelah itu menuju Bologna di Italia. Pagi hari pada awal mulanya, saya tidak lupa kirim faksimili pada Agnes. Intinya, mengharapkan Agnes dapat mempersiapkan ID Card untuk liputan F1 San Marino yang di gelar di sirkuit Imola pada 1 Mai 1994.
Hal-hal lain, lagi-lagi minta pertolongan Agnes untuk pemesanan hotel. Saya ketahui, ini keinginan yang susah lantaran penerbitan ID Card Formula 1 saat itu harusnya disuruhkan minimum dua minggu saat sebelum penyelenggaraan moment. Kamar hotel? Sama sulitnya. Imola tidaklah kota besar. Yang paling sangat mungkin yaitu bermalam di Bologna. Walau pada awal mulanya, di th. 1993, saya dapat memperoleh akomodasi hotel di suatu kota kecil bernama Riolo Terme. Kota ini, banyak jadi pilihan beberapa wartawan F1. Terkecuali ada di pegunungan yang tenang, kota ini paling dekat dengan sirkuit Imola. Namun sekali lagi, Agnes tidaklah orang umum di lingkungan F1. Saya meyakini itu.
Beragam pengalaman dengan dia membuktikannya. Satu saat, di Italia, saya mau bersua dengan pembalap touring car yang juga bekas pembalap F1, Emanuelle Pirro. Argumennya, Pirro berbarengan Steve Soper merencanakan mengadakan ekshibisi di sirkuit Sentul atas undangan BMW Indonesia. Agnes juga mengundang Pirro di suatu jamuan makan malam berbarengan wartawan paling senior di F1, almarhum Gerard ‘Jabby’ Crombac. Di peluang lain, di sirkuit Imola th. 1993, Agnes tahu persis saya juga sebagai muslim pasti haram menyantap babi. Jadi dalam suatu jamuan makan malam di hari Sabtu mendekati GP besok harinya, Agnes berniat meminta panitia sediakan menu spesial dengan lauk ayam. Juga di waktu saya bertandang ke markas McLaren di Woking Surrey, Inggris, Agnes telah berpesan supaya saya dijamu dengan nasi. Selasa sore, dengan menumpang kereta api dari Bologna untuk lalu menyambung memakai bus – hanya satu fasilitas transportasi umum ke Riolo Terme - saya tiba di kota kecil itu.
Saya segera menuju suatu hotel kecil bernama Hotel Senio, tempat saya bermalam th. pada awal mulanya. Saya ketahui persis, Agnes juga bakal meninggalkan pesan di hotel itu. 13358954651303194381Benar saja, Di waktu lakukan check-in, petugas front office segera menyerahkan surat konfirmasi untuk pengambilan ID Card. Bukanlah itu saja…, nyatanya masih tetap ada kamar buat saya. “Ini kamar spesial, ” kata petugas hotel. Sungguh, saya tak tahu maksud sang petugas saat itu.
Namun saat diantar untuk masuk kamar, saya baru tahu. Kamar yang ditujukan buat saya, nyatanya sampai kini ditempati oleh sang yang memiliki hotel. Benar-benar sangatlah istimewa serta private. Rabu pagi, saya bergegas kembali pada Bologna serta beli ticket kereta api ke Padova. Saya tiba di kota yang populer juga sebagai kota sepeda di Italia itu masih tetap siang hari. Bekas saat, saya gunakan berkeliling untuk lihat beragam objek menarik, termasuk juga ke Kampus Padova yang disebut kampus tertua ke-2 di Italia. Kamis, 28 April 1994, pagi hari sesudah sarapan, dengan menumpang taksi saya menuju Hotel Sheraton Padova, tempat acara peluncuran Senna Carraro Cicli. Tak lama berselang, Senna juga ada dengan menumpang helicopter dari Castel San Pietro, suatu resort yang terdapat seputar 10 km dari Imola, tempat yang senantiasa diambil Senna tiap-tiap GP Imola. Acara peluncuran tak berjalan lama.
Sesudah yang memiliki Carraco Cicli, Giovanni Carraro menuturkan detail sepeda gunung yang bakal diproduksinya dan argumen pilih nama Senna, sepatah dua kata juga di sampaikan Ayrton Senna. Di peluang itu, saya berupaya meminta komentar Senna perihal ancaman yang mulai dipertunjukkan Michael Schumacher pada dominasi Williams yang th. itu dibela Senna. Schumacher sendiri, bernaung dibawah tim Benetton. Tetapi, jadwal yang sangatlah ketat tak sangat mungkin karenanya. Senna cuma berpesan, semoga dia ada saat di sirkuit Imola. Saya juga maklum. Selesai acara di Sheraton, saya juga kembali pada Bologna dan sebagainya menuju Riolo Terme. Jumat, 29 April 1994, saya ke sirkuit menumpang mobil yang disewa Gerard ‘Jabby’ Crombac. Selama jalan, lelaki yang senantiasa menghisap tembakau cangklong ini bercerita perihal pengalamannya di motorsport yang ditelateni mulai sejak th. 1948.
Tiba di sirkuit, saya bersua dengan Richard Kock, wartawan asal Belgia. Richard nyatanya belum sukses memperoleh kamar hotel. Saya juga mengajaknya untuk berhimpun di kamar saya saja di Riolo Terme. Richard nyatanya meniti perjalanan dari Belgia lewat darat dengan mobil kesayangannya, Mazda5. Walhasil, simbiosis mutualis juga terwujud. Richard memperoleh hotel serta saya bisa tumpangan sampai hari Minggu dari hotel ke sirkuit yang berjarak seputar 18 km. Hari Jumat itu, sesungguhnya tanda-tanda perihal akibatnya karena regulasi F1 mulai terlihat. Malam pada awal mulanya, di waktu santap malam, saya pernah berdiskusi dengan Gerard ‘Jabby’ Crombac perihal ide otoritas di F1 untuk merubah regulasi dengan turunkan kemampuan mesin mobil F1 jadi 2. 500 cc saja.
Namun itu baru gagasan. Serta pada hari Jumat, suatu kecelakaan telah menerpa Rubens Barrichello. Tenaga mobil Jordan yang dikemudikan tak dapat dikuasai serta terbang menerjang pagar pembatas sirkuit. Lengan Barrichello juga keseleo serta sangat terpaksa digips. Sabtu, 30 April 1994, tragedy maut juga mulai hampiri dunia balap F1. Dalam latihan resmi pagi hari mendekati kualifikasi, Roland Ratzenberger alami kecelakaan di tikungan Villeneuve. Nyawa pembalap Jerman yang disebut teman dekat dekat Schumacher itu juga tidak dapat diselematkan. Minggu, 1 Mei 1994, cuaca diatas sirkuit Imola cerah. Sampai balapan diawali, matahari bercahaya jelas. Kelihatannya, seluruhnya bakal jalan lancer. Momen yang menerpa Ratzenberger telah mulai terlupakan. 13358955091523370069Hingga lalu, tragedy memilukan itu juga berlangsung. Ayrton senna tengah memimpin waktu melintas di trek depan pit. Schumacher membuntuti.